BERSEPEDA JAWA - BALI - LOMBOK

Planing ini bermula pada 20 Juni 2014.

Ya , ketika itu saya (dgn taqdir Allah) dipertemukan dgn kawan-kawan & sahabat-sahabat seperguruan seperjuangan ketika mondok di Bangil.
Kami bertemu di Lumajang, tepatnya di Desa Wotgalih, Kecamatan Yosowilangun, Kabupaten Lumajang.
Kala itu kami menghadiri acara Tasyakuran pernikahan sahabat kami Ahmad Syafi'i Dahlan.

Nah, salah satu di antara kawan-kawan yg hadir dlm acara itu adalah "Ahmad Fahri", yg merupakan saudara kembar dari Muhammad Fahrul.
Mereka saudara kembar berdua ini lebih akrab disapa "OYEK".
Aku bertemu Fahri setelah 6 (enam) tahun tidak berjumpa semenjak lulus dari pondok pesantren.
Bertemu dgn Fahri inilah yg menimbulkan keinginanku untuk "Berkelana" ke Pulau Lombok.

Jum'at, 20 Juni 2014,

Setelah Sholat Jum'at, Fahri pamit mau ke Malang.
Pas pamitan sama aku, dia bilang "Eiiih baju batik kamu koq bagus. Ini Batik Solo yach ?".
"Kenapa Yek ?. Kamu pengen batik ini ta ?". aku bilang gitu sambil melepas baju batik yg ku pakai.

Oyek tidak sempat jawab. Langsung ku berikan baju batikku.
"Nih ambil aja. Bawa pulang ke Lombok sana. Tapi di sana nanti dipake' loh yach". Kataku.
"Eiiih gimana ini aku balikinnya ?".
"Ngapain dibalikin ?. Lah wong ini aku ngasiin ke ente koq".



"Lah gimana aku balasnya ?". Tanya Fahri.
. . . . . . . . .
Dengan tegas dan yakin aku jawab ...

"Tunggu aku di Pulau Lombok, akhir tahun ini".
"Aku akan ke sana bawa sepeda, Gowes". Lanjutku.
"Haaah, tapi aku gak punya sepeda". Sambung Fahri.
"Udah laaah, Koen sambut aku ae. Kasi aja aku tempat nginap ... daaaaan aku minta makan ... Hehehe",. Njalukku.
"Owh oke ... ta' enteni koen bro". Ucapan itu menutup diskusi perencanaan travellingku.



Jum'at 20 Juni 2014 siang itu Fahri pergi ke Malang.

Sabtu 21 Juni 2014 jam 5 pagi aku berangkat menuju Solo.

~ SAMPAI JUMPA DI PULAU LOMBOK , PULAU NAN EKSOTIS ~

Lambat laun berjalan waktu.

Awal sekolah (Agustus 2014), juga ku bilang pada Gibran Ihza Sukma (muridku) "Ibam, nanti tunggu ustadz di Mataram yach. Akhir tahun 2014 ini. Pas libur semester. Ustadz akan pakai sepeda ke sana".
Gibran Ihza Sukma, putra dari Prof Akram Arsyad Sukma

Yach heran dia. Apakah aku ini beneran apa tidak.
"Pokoknya tunggu aja ustadz di sana".

Lambat laun waktu berjalan ... Hingga masuk bulan Desember 2014.
Sejak akhir November 2014 aku selalu update harga tiket pesawat untuk keberangkatan 25 s/d 31 Des 2014.
Harganya mahal mahal ; di atas 800 ribu s/d 2 jutaan.
Ndak jadi beli tiket pesawat.
 

Cari info dari PO Safari Dharma Raya alias OBL.
Tarif bus OBL dari Solo ke Mataram senilai Rp 580 ribu.
Mataram - Solo Rp 575 ribu.


Kereta Sri Tanjung (ekonomi AC) jurusan Jogja - Banyuwangi ; tarif baru udah berlaku jadi Rp 110 ribu.
Itu pun baru sampai Banyuwangi nya.


Hingga 20 Des 2014 aku tidak beli tiket apa pun.

Owh iya, liburan ku mulai 25 Des 2014 s/d 6 Januari 2015.

*Meskipun sebenarnya libur mulai 30 Des 2014 ; namun karena hingga 24 Des tidak dapat kejelasan acara pada tanggal 25-29 Des, jadi aku putuskan berlibur mulai 25 Des 2014.

Entah bagaimana lagi ini ???.
Hingga H-3 (22 Des 2014) aku ga' punya bekal untuk travelling ke Lombok.

Beberapa hari sebelum mulai liburan aku rutinkan diriku tuk bisa berinfaq di Masjid Baitussalaam.
Dan itu aku wajibkan buat diriku sendiri.
Disertai doa setiap hari.
Aku yakin bahwa Allah SWT akan memberi rezeki dgn caraNYA, bahkan aku pun tidak menduganya.


Jum'at, 19 Des 2014.
Ada walisantri dari Sumbawa NTB yang minta bantuan ke aku untuk mengantarkan putranya mudik ke Sumbawa.
Dari itu aku dijanjikan akan ditransfer ongkos transport untuk mengantar ke Bandara Adi Sucipto Yogyakarta.
Mungkin ini bisa buat tambahan bekal.


Sabtu, 20 Des 2014.
Belum ada transfer masuk ke rekeningku.

Minggu, 21 Des 2014.
Belum juga ada transferan.

Senin, 22 Des 2014.

Dapat amplopan dari atasan. Jumlahnya lumayan "Alhamdulillah", meski belum cukup untuk bekal.


Pada hari itu juga, aku putuskan melalui SMS ke Fahri ...
"Yek, sprtinya aku ga' jadi ke Lombok pada akhir tahun ini. Kapan2 aja yach. Aku pengen banget ke sana".

Selasa, 23 Des 2014.
Cek saldo. Masuk Rp 400 ribu dari walisantri di Sumbawa.
Dengan dana yang ada padaku pada saat itu, aku masih belum berani nekat traveling ke Lombok.
Pada jam istirahat kerja (8.30 - 9.20 wib) setelah sholat dluha, tiba-tiba muncul ide dari dalam pikiranku sendiri.

Selasa Malam, aku temui Muhammad Fahrizal (pembimbing konsulat MuTim).
"Zal, apakah MuTim mengadakan perpulangan (mudik) bersama ?". Tanyaku.
 "Iya, 1 bus besar dari sini ke Jember". Jawabnya Fahrizal.
Aku tanya, "Berangkat kapan ?. Jam berapa ?".
"Kamis 25 Des, jam 20.00 wib".
"Wah aku ikut yach. Aku mau ada reunas di Bangil pd tgl 26 - 28 Des. Okey  ;-) ".
"Iya tafadhdhol".




Rabu, 24 Des 2014.
Persiapan dimatangkan.
 مَــنْ عَــرَفَ بُـعْــدَ السَّفَــرِ إِسْتَـعَـــدَّ
"Barangsiapa yg tau jauhnya perjalanan, dia akan bersiap-siap"
Aku tidak mengabarkan ke Fahri.
Aku ga' mau banyak berspekulasi. Bilang akan gini akan gitu tapi tidak terealisasi.


Rabu siang aku dapat rejeki lagi "Alhamdulillah" buat tambahan ongkos berpetualang.
Sebelum aku pulang ke rumah, aku berpapasan dgn Gibran Ihza Sukma di depan kantor.
*Dia adalah sekretaris di kelasku, & salah satu santri yg akan saya kunjungi ke rumah ayahnya.
Aku cuma saling pandang dgn dia sambil aku smile & dgn tatapan mata yg optimis dari dalam batinku "Gibran, tunggu saya di Mataram".


Kamis, 25 Des 2014.
Meski tanggal merah hari natal, kami biasa aja, sebab ini bukan hari raya kami.

Inilah hari yang ditunggu-tunggu oleh seluruh santri Pondok Pesantren Assalaam.
Pada hari itu seluruh santri dipersilahkan keluar komplek, mudik, jalan-jalan, pulang, dan berlibur sepuasnya.

Setelah mengantar adikku ke Terminal Tirtonadi, aku langsung bergegas ke Stasiun Solo Balapan untuk membeli tiket KA Prameks jurusan Solo - Maguwo.
Ba'da dzuhur, breafing ke anak-anak yg akan ku antar ke Jogja.
Jam 13.00 wib mengantarkan Rakha Yusan, Julian WK, Wildan AN, & M Arya P.
Mereka naik taksi ; aku naik motor, diparkir di stasiun purwosari.
Dari Assalaam, ke Stasiun Purwosari Solo.
Jam 13.35 wib kereta berangkat.
Jam 14.27 wib kereta tiba di Stasiun Maguwo (depan Bandara Adi Sucipto Jogja).
Membimbing anak-anak sebelum naik pesawat dan menyuruh mereka sholat ashar dahulu.

Aku bilang ke Rakha Yusan Alhafidz,
"Nanti saya akan ke Mataram. Tunggu aja di rumah Rakha yach".

"Naik apa tadz ?". Tanya Rakha dengan mimik khas pada parasnya.
"Ustadz akan ke Lombok naik sepeda". Jawabku.
"Haaaaagh ... yang benar aja tadz". Rakha heran, seakan tak percaya.
"Lah makanya itu. Kenapa kemarin saya minta alamat lengkapmu, nama ayahmu, dan nomor HPnya". Jawabku meyakinkan Rakha.


Jam 16.00 wib ; ke empat anak itu memasuki ruang boarding pass.
Jam 16.42 wib ; aku lanjutin perjalanan pulang ke Solo naik KA Prameks lagi.
Pas adzan maghrib, aku tiba di rumah Candi Baru Gonilan.
Beli nasi bungkus, gantungin di motor.
Sholat maghrib di Masjid.
Kemudian mau makan nasi bungkusannya ... eeeeh di"edel-edel" kucing, karena di dalamnya ada lauk kepala ayam.

Ya udah makan seadanya aja,. Minta ibu kost. Nasi ikan patin mangut  :-)  :-P  ;-) .
Lalu packing sepeda dalam tas besar.
Sholat isya'.

Setelah isya' ... Sungguh sangat bingung ; apakah aku jadi ke Lombok atau tidak ?
Beban Pikirku ... Mana yg lebih diutamakan ?
1. DANA AKOMODASI (Uang Saku).
    atauuuuuu
2. KESEMPATAN.

. . . . . . . . . . . . . . .
Bus segera berangkat ... Aku harus ambil keputusan cepat & BERANI atas resiko serta kendalanya.
Kekurangan Dana / Bekal = BISA DICARI SAMBIL BERJALAN.
Seorang Pegawai = "KAPAN ANDA PUNYA WAKTU LAGI ?".
Kadang lg banyak uang, ga' ada waktu travelling.
Ada waktu travelling, uang nya gak cukup.
~ YANG PENTING ADA WAKTU ~~~ Bukankah waktu itu lah yg lebih berharga drpd UANG ~.


~ KEPUTUSANKU ~
AKU PASTI PERGI KE BANGIL 25 Des 2014.
 KE LOMBOK, "KONDUSIF & SITUASIF", AKAN KU PUTUSKAN PADA 28 Des 2014

Packing pakaian + perlengkapan dalam tas ransel.
Ke pondok, menemui rombongan bus konsulat MuTim.
Ternyata bus nya dah siap berangkat.
Aku balik pulang bentar. Ambil bike packed.
Lalu naik bus MS Shantika warna kuning. Ini bus pariwisata yang dicarter oleh anak-anak konsulat.


Jam 20.40 wib ; Bus berangkat.

Jum'at, 26 Des 2014.
Tepat waktu shubuh, kami sholat shubuh berjama'ah di Masjid Al Akbar Surabaya.
Beberapa santri mengakhiri perjalanan mudiknya di sini, lalu dijemput ortunya.

Jam 5.00 wib ; melanjutkan perjalanan menuju Probolinggo - Lumajang - Jember.
Jam 7.00 wib ; Bus melintas di depan Pesantren Bangil. Aku tetap lanjutkan perjalanan.
Jam 10.30 wib ; Bus tiba di Alun-alun Kota Jember. Bus langsung berputar balik pulang menuju Madiun. Aku pun ikut bus itu lagi.

Tidak sempat sholat jum'at.
Jam 16.10 wib ; Bus tiba di Bangil. Aku pun turun depan pesantren. Lalu sholat jama' dzuhur-ashar.
Tak lama kemudian datanglah sahabat-sahabatku : Ahmad Syafi'i Dahlan , Sigit Teguh Pradana , Zulmi Firdauz , M Saiful Hadi ,  Atho' , Nabil Barabud , Rizqi Zulkarnaen , Muammal Habibie , Zul Irfan , dan Abdul Aziz.
Aku dan Zulmi Firdaus mencari makan malam.
Beli nasi bungkus di alun-alun Bangil. Di warung langganan kita saat masih mondok.
4 bungkus dimakan bersama-sama.
Jum'at malam sabtu aku menginap tidur di serambi masjid pesantren.

Sabtu, 27 Des 2014.
Suasana penuh canda tawa bersama kawan-kawan lama yang abadi persahabatannya.

inilah Syekh Atho' Atho'urrahman
Sorenya aku foto-foto di komplek Pesantren Persis Putra Bangil.Yach untuk mengenang kondisi pesantren saat ini.


Pesantren Persis Bangil, 27 Des 2014












Gedung Tuah nan bersejarah di Pesantren Persis

Pesantren Persis Bangil, 27 Des 2014

Lapangan utama di Pesantren Persis Bangil

Sepedaku digantung @ Pesantren Persis Bangil, 27 Des 2014
Dari atas gedung MA Persis



Di depan kelas MTs Persis Bangil
Lapangan ini dulu Musholla. Jaman saya jadi lapangan futsal
Kamar Timur, dulu aku di kamar 4. Dibongkar sejak Mei 2006 hingga sekarang. Akibat Gempa Jogja mungkin yach
Minggu (28 Des 2014) pagi ku rakit sepedaku dari dalam tas.
Sorenya aku foto-foto di komplek pesantren putra.
sepedaku digantung di mistar gawang
sepedaku digantung di depan ruang makan
Cak Rosyid ; masih jadi tukang sapu
Cak Rosyid ; Dari dulu hingga sekarang masih Tukang Sapu
Sabtu malam minggu aku menginap tidur di rumah Bang Sahlan Suwardi.
Sedangkan kawan-kawan yg lain sedang begadang di warung Cak Dji sambil ngobrolin hal-hal yang nyelemur dan rakseh.


Ahad, 28 Desember 2014.

Sarapan di Warung Langganan jaman masih santri. yaitu di warung Bu Neli.
{tapi sudah wafat pd 2010. Sekarang dikelola anaknya}.

Sebelum berangkat sarapan, aku rakit kembali sepedaku.
Lalu ku kayuh ke warung Bu Neli yang ada di sebelah selatan rel kereta api.

Setelah sarapan, kita balik ke lokasi.
Kita kumpul lagi di Base Camp.
Di rumah Bang Sahlan Suwardi, alumnus 2007.


Aku jalan kaki bareng teman-teman sambil narsis narsisan pake' monopod kamera HP.


Alumni 1997 dan 2008 bermarkas di rumah Bang Sahlan Suwardi

Bersama Abdul Azizi Tulungagung







Kawan-kawan alumni 2008













Lihat tuh aksi-aksinya kawan-kawan seperjuanganku di pondok pesantren.
Dari paling depan kiri ; -
* Cak Haris Mboro (berbaju jersey AS Roma), berasal dari Gresik. Sekarang kerja di Pondok Pesantren Assalaam Solo.
* Zulmi Firdaus, berasal dari Pandaan Pasuruan. Sekarang membantu ibunya buka usaha produksi roti & cake.
* M Saiful Hadi, berasal dari Jember. Sekarang jadi juragan las-lasan dan teralis.
* Atho'urrahman, berasal dari Batu, Kab Malang. Sekarang mengajar di Malang. Sempat belajar ke Yaman. Setelah Yaman konflik, dia tidak balik ke Yaman lagi.
* Zul Irfan Hashli, berasal dari Tarakan, Kalimantan Timur. Sekarang meneruskan usaha keluarganya beternak ikan tawar.
* Ahmad Syafi'i Dahlan, berasal dari Lumajang. Sekarang tinggal di desanya sambil usaha buka toko.
* Sigit Teguh Pradana, berasal dari Bondowoso. Sekarang kerja di sebuah puskesmas atau rumah sakit.
* Rizqi Zulkarnaen Amanulhan, berasal dari Mojokerto. Sekarang jadi bakul sepatu dan sandal kulit di daerah Surabaya & Sidoarjo.
Sedangkan Abdul Aziz Al Asy'ari (tidak ada di foto) karena lagi mem"Begal" sepedaku. Dia berasal dari Tulungagung. Sekarang mengajar di sebuah sekolah dasar di Tulungagung.
Kawan-kawan alumni 2008


Minggu sore, aku sempatkan waktu sejenak untuk berlatih bersepeda di Kota Bangil.

Personal Record in Strava.

Setelah aku hitung-hitung keadaan finansialku saat itu, aku hanya memiliki uang sebesar
Rp 445.000,-
Beranikah Anda berpetualang dgn modal cuma Rp 445 ribu dari Jember ke Mataram ?

~AKU BERANI~

Aku SMS ke Fahri pada H-2 (Minggu 28 Des 2014 sore).
"Yek, aku jadi ke Mataram. InsyaAllah aku berangkat senin (besok) pagi dgn BERSEPEDA".
Respon nya Fahri & Fahrul "Cok koen iki gendeng ta ?. Nang Lombok sepedaan ?. Waras ta koen Cok ?".
"Nek aku gak waras, lapo koen SMSan karo aku ?". Balas SMSku.

Akhirnya, niatku itu jadi Trending Topic di kalangan para alumni yg hadir di reunas dan di kalangan alumni seangkatanku.
Inti perbincangan, semua menganggap AKU GILA ; AKU NEKAT : bahkan AKU GOLEK MATI.

Malamnya, Saiful Hadi datang dari Pandaan mengendarai Isuzu Panther.
Hendak ke Jember.
Aku ikut nebeng di situ, dengan semua perkakas yang aku bawa. Termasuk sepedaku.
Berangkat jam 21 malam dari Bangil.
Dalam perjalanan Bangil - Jember di malam hari, pengeluaran duit.
Tiba di rumah Saiful di Jember, duitku tersisa +/- Rp 400 ribu.
Tiba di rumah Saiful sekitar pukul 00.30 malam.
Langsung istirahat. Tidur nyenyak.


Senin, 29 Desember 2014.
Petualangan dimulai.
Bangun shubuh, => Sholat Shubuh. => Mandi => Sarapan di rumah Kang Ipul.
Berpamitan kpd keluarganya Kang Ipul. Jam 6 pagi berangkat.
Sepeda sudah dirakit. Tas ditinggal (nitip) di rumah Kang Ipul.
Jam 6.58 tiba di alun-alun Jember.
Aku berpamitan kpd Saiful, ayahnya, dan rekan-rekan ayahnya, serta berterima kasih.
kemudian kami berpisah.
Saiful & ayahnya naik Isuzu Panther menuju Situbondo.
Aku bersepeda menuju Banyuwangi - Bali.
Sejenak selfie dulu di alun-alun Jember. Starting Point. Pada Jam 7.13 WIB.
Selfie ; Start dari Alun-alun Kota Jember, 7.15 pagi
Puncak Tanjakan Alas Gumitir
Puncak Tanjakan Alas Gumitir

Puncak Tanjakan Alas Gumitir
Foto dewe'an di Tanjakan Gumit
Pada KM 24 turunlah hujan, sehingga memaksaku untuk berhenti dan berteduh sejenak.
Setelah sekitar 40 menit berteduh, kemudian aku melanjutkan perjalanan.
Aku penasaran tentang Tanjakan Gunung Gumitir.
Aku belum pernah melintasi jalaur ini sebelumnya.
Bahkan ini pertama kalinya aku ke timurnya Jember.
Aku tak peduli ada tanjakan.
Aku tetap melaju dan mengayuh sepedaku aja ke arah Banyuwangi.
Ketika ada beberapa tanjakan, di setiap tikungannya ada beberapa orang aneh yang mengatur lalu lintas dan meminta duit.
Orang-orang aneh itu ada anak-anak, remaja, bahkan bapak-bapak dan ibu-ibu.
Tapi entah mereka waras atau tidak.
Kata warga Kota Banyuwangi, mereka sich (maaf) tidak waras.
Hingga akhirnya aku menemui jalan menurun.
Dan di situlah aku baru sadar ... Ternyata beberapa tanjakan yg ku lintasi tadi adalah Tanjakan Gunung (Bukit) Gumitir.
Rasanya ringan saja tuh buatku.
Lebih berat tanjakan di Tawangmangu (Gunug Lawu).
Mungkin karena aku merasa fun & health kali yach, sehingga tidak merasa bahwa aku ini melintasi tanjakan gunung gumitir.
Nah, pas di akhir tanjakan aku nyempetin tuh berfoto-foto narsis & selfie (kayak orang stress aja) ... Abis gimana lagi, lah self tour and self travelling koq.
Selain foto, aku juga merekam video recording.

Desa Silo, Kec Sidomulyo. Jalan Banyuwangi

Senin 29 Des 2014, 09:45 WIB
Aku pasang HP Android ku di sela-sela tali bahu tas ranselku.
Tes ... ikatan cukup kuat.
Pasang start recorder sambil gowes turun bukit.
Hingga di akhir turunan masih aman dan lancar.
Meski sempat didempet dempetin ama mobil dan kendaraan lain.


Hingga sampailah di Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi. Di sini terjadi insiden tunggal.

Setelah mancal mendaki tanjakan Bukit Gumitir yang elevasi nya rata-rata 5% , dan menuruni Bukit Gumitir yang elevasi -2% , hingga akhirnya bertemulah aku dengan jalan flat (datar).
Rute pegunungan telah terlewati.
Ketika melintasi rute flat di daerah Kecamatan Glenmore, aku hendak men-stop rekaman video ku.

Cerobohnya aku ; mengambil HP dari ikatan tas ransel tanpa memberhentikan sepeda walau sejenak.
Yach ... aku tetap melaju di atas sadelku sambil mengambil HP Android.
HP bisa ku ambil dengan tangan kiri.
Masih sambil mancal. Masih sambil handling dengan tangan kanan.
Daaaaaan ... Apa yang terjadi ?
HP diambil => Chase nya lepas dari HP nya.
Yang jatuh = HP nya. Yang ku pegang = Chasing nya
Druuug ... HP jatuh.
Dan Prooooock ... terlindas ban belakangku.
Wal Hashil ... HP REMUK dan AJUR.
HP Android ku remuk jatuh & terlindas
Glenmore - Genteng - Kalibaru - Rogojampi - Rambipuji - dan ketika masuk Kota Banyuwangi, di situ aku sudah kehabisan tenaga.
Yach ... beban pikiran itu sangat berpengaruh pada ketahanan fisik.
Seperti halnya anda marah & teriak, maka detak jantung anda semakin kencang & nafas terengah engah.
Begitu juga dalam bersepeda dan olahraga lainnya.
Yang mestinya bisa dijalani dengan fun, tidak bisa ku rasakan sejak jatuhnya HPku itu. Beban fikiran.
Dan pasti ... energi cepat terkuras habis.
Masuk Banyuwangi kota, aku hampir pingsan.
Di saat kondisi itu pula, aku mampir sebuah toko sepeda di pojok perempatan jalan. Hendak beli ban dalam.
Eh, Tidak dilayani.
Ugh ... udah sangat lelah, koq ada toko sepeda ga' bersahabat sama pesepeda yg kelelahan gini.

Aku harus cari tempat istirahat untuk makan, minum, mandi, dan sholat dzuhur-ashar.
Tempat rest yang aman dan bersahabat.
Cari Mapoltabes atau Mapolres, ndak ketemu.
Akhirnya aku berhenti di sebuah warung, namanya Warung Makan Lumajang.
Di sebelahnya Markas Brimob Banyuwangi.

Di situ aku nyebrang jalan sambil nuntun sepeda.
Tiba di warung, aku langsung pesan Teh Hangat Manis.
Penjual e gak segera mbikinin.
Agak keras suaraku, "Heh, kerungu ta gak. Teh Hangat Manis satu. Cepetan !".
Sepeda disandarkan aja depan warung.
Aku udah pusing, lelah, mumet, lose contact,.
Masuk warung, lamgsung TERGELETAK di atas ubin.
Tak peduli itu lantai belum disapu.
Tas ranselku sebagai bantal.
Aku tergeletak tak berdaya, tapi masih sadar. Tidak sampai pingsan.
Penjual di warung, "Mas, ini loh Teh nya. ... Loh Mas e tadi mana ?. Mas, Teh nya ini loh".
Kemudian dia kaget.
"Loh Mas, aduuuh ojo mati nang kene Mas". (artinya ; aduh jangan mati di sini)
Dia ketakutan, dikira aku udah tewas.

Fredy and his Woman Partner, from Australia
Ga' makan.
Gak mood.
Terus mandi, sholat dzuhur & ashar.
Lalu lanjut perjalanan ke Pelabuhan.
Mampir bentar di Toko Sepeda, beli ban dalam.
Yang di sini orang e ramah. Bahkan sharing2 dulu pengalaman mereka gowes di Bali.

Lanjut mancal menuju Pelabuhan Ketapang.
Bertemu dengan 2 goweser dari Australia.

Kami bertiga menyusuri jalanan dari KM 3 keluar kota Banyuwangi hingga di dermaga Gilimanuk Bali.
Sambil ngobrol dengan bahasa inggrisku yang minim, asal nyambung.
Aku pun jadi "Tukang Tarik" bagi mereka berdua.
Hingga tiba di Pelabuhan Ketapang.
Jam 15.28 WIB bayar retribusi penyeberangan.
Cuma Rp 9.000,-.
Kami bertiga masuk kapal feri bersamaan.
Aku parkir sepedaku dekat dengan sepeda mereka.
Di atas kapal, saya ngobrol dgn Mr Fredy.
Mereka berdua bersepeda dari Kediri - Blitar - Malang - Surabaya - Bromo - Lumajang - Jember - Banyuwangi.
Tuh ... Orang bule aja suka menjelajah negara Indonesia dgn bersepeda.
Melestarikan alam Indonesia tanpa membuat polusi.
Orang pribumi ?. Agh kasi asap karbonmonoksida aja alamnya.
Mr Fredy memberiku snack dari Australia.
Aku terkejut oleh kebiasaannya.
Sampah-sampah dia kantongi dalam plastik transparan, dan dimasukkan dalam saku celananya.
Tidak mau buang sampah sembarangan. Di sepanjang perjalanan mereka.
Mereka kagum akan alam Indonesia ; Gunung, Laut, Sungai, Sawah, Pantai.
Semua itu keindahan alam di Indonesia.
Pulau Jawa dilihat dari Selat Bali
Gunung Ijen dilihat dari Selat Bali
Sekitar 1 jam 20 menit di atas kapal fery, jelang adzan maghrib aku tiba di dermaga pelabuhan Gilimanuk.

Aku keluar dermaga bareng 2 orang Australia itu.
Mereka berdua melanjutkan perjalanan ke Denpasar sore-malam, dan akan menginap di Denpasar.
Sedangkan aku, tidak berani melanjutkan gowes di malam hari.
Aku istirahat dulu, dan coba berbaur dengan warga sekitar.
Ngobrol sama polisi petugas pelabuhan ASDP Gilimanuk.

Beli makan nasi bungkus Rp 5.000 an (Nasi + Mie Goreng + Telor).
Aku ngobrol dengan penjual nasinya.
Info yang ku dapat ; ada armada bus mini yang akan berangkat dari Terminal Gilimanuk menuju Pelabuhan Padangbai.
Tapi, bus itu beroperasi (hanya) pada malam hari. Mulai jam 2.00 hingga 4.30 WITA.

Agh lama menunggu.
Aku santai santai dulu di tepi lautan.
SMS an kabar kabarin sesama teman di Jawa.
Mengambil gambar sepedaku sandar di Pelabuhan Gilimanuk.
Pas Maghrib, di situ masih banyak ku dengar kumandang adzan.

Gilimanuk, Senin 29 Des 2015, jam 18.04 WITA
Istirahat lama di Pelabuhan Gilimanuk.
Berbaur dengan polisi ASDP.
Ngopi, sambil bersantai telpon-telponan dengan santriwati ;-)

Ke Musholla
Sholat Maghrib & Isya'. Lalu tidur sejenak sambil nge-charg HP Nokia Asha 306 ku.
Aku tidur di dalam Musholla.
Pasang alarm pukul 2.00 WITA.
Istirahatku sering terbangun oleh mimpi-mimpi yang mengejutkan.





Selasa, 30 Desember 2014
Bangun tidur pukul 2.10 WITA, aku langsung cuci muka dan bergegas keluar dari musholla. Ambil sepeda, lalu berjalan ke Terminal.
Tak lupa berterima kasih kepada petugas ASDP Gilimanuk, dan berpamitan.

Tiba di terminal, Bus pertama hampir berangkat.
Aku ikut Bus ke dua saja.
Oh iya, nama bus nya itu Bus BAHAGIA. Melayani trayek Gilimanuk ke Padangbai PP.
Tapi bus ini hanya beroperasi pada jam 2.00 WITA s/d 5.30 WITA.
Sebelum masuk bus, aku copotin roda sepedaku.
Masuk di bagasi belakang.
Lalu sama kernetnya, sepedaku disuruh pindahkan ke depan (sebelah sopir).
Ini sangat menggangu. Aku usulkan agar aku duduk di bangku belakang aja. Sepedaku ditaruh di belakangnya bangku yang paling belakang.
Setelah peletakan sepeda dan tasku udah beres, aku turun dulu dari bus.
Beli air mineral dan snack.
Ketika itu juga ada rombongan pemuda dari Bandung yang hendak mendaki Gunung Rinjani.

Pukul 2.50 WITA bus berangkat.
Ketika adzan shubuh aku masih di perjalanan.
Bus tiba tepat di depan pintu masuk Pelabuhan Padangbai.
Aku turunkan sepedaku. Ku rakit kembali. Lalu bergegas ke Masjid.
Sempat dimarahin karena bawa sepeda masuk ke dalam komplek masjid.
Kemudian aku mandi, pakai sarung dan baju hem, lalu sholat shubuh (padahal udah jam 7.30 WITA ... Yaaach sesempatnya).
Setelah itu, sarapan Nasi Pecel + Telor di warung samping masjid. { Makanannya enak }.

Habis RP 12.500.
Udah kenyang, lalu bergegas melanjutkan perjalanan.
Ambil jemuran handuk di atas sepeda, masukin dalam tas.
Ambil sepeda, kendarain ke Loket.
Lalu ambil dompet, lalu beli tiket (cuma) Rp 65.000,- saja.
Kalo pejalan kaki (tidak bawa kendaraan), harga tiketnya Rp 40.000 per orang.
Tiket udah di tangan, pancal lagi masuk kapal KMP Masagena.

Dermaga Pelabuhan Penyeberangan PadangBai
Tiket penyeberangan Bali - Lombok















di kapal ini, waktu itu, pesepeda cuma diriku seorang diri.
Sepeda diparkir dalam Kapal KMP Masagena



Di atas kapal, aku naik ke dek yang paling atas.
Bersama bule-bule wisatawan mancanegara.

Ngobrol dengan dua anak mahasiswa asal Fukushima Jepang.
Salah satunya bernama Ryuma Otsuka.



























KM Masagena







                               

















Selfie ; bersantai di buritan KM Masagena

Jalan Raya Senggigi di sore hari
Jalan Raya Senggigi di sore hari
Jalan Raya Senggigi di sore hari

Sunset di Pantai Senggigi


Rabu, 31 Desember 2014.
Agenda hari ini ke Pantai Selong Belanak.
Sebelumnya, kami berencana ke Pulau Gili Trawangan.
Karena saking padatnya tourism di Gili, maka kami alihkan destinasi ke Pantai Selong Belanak.















Kamis, 1 Januari 2015.

Pit Stop 1 ; setelah Senggigi

Pit Stop 1 ; Setelah Senggigi

Janjian sama Om Yudha.
Berangkat jam
6.10 WITA pagi dari Pagesangan.

Om Yudha lah yang akan menemani dan memandu aku pada Gowes pertama di Pulau Lombok ini.


Pemandu Wisata ; FB Yudha Cakep


































Kemudian melanjutkan Gowes ke Malimbu.

Malimbu

Malimbu



Malimbu







Malimbu



Malimbu

Hingga tiba di Penyebrangan Dermaga Gili.
Tepatnya di daerah Pemenang.
Di dekat situ ada rombongan Pak TGB Muhammad Zainul Majdi (Gubernur NTB) beserta komunitasnya juga sedang gowes pakai roadbike. Mereka sarapan di RM Rindu Alam di Pemenang.

*) TGB = Tuan Guru Bajang ; adalah gelar kehormatan bagi Pak Zainul Majdi.

Kami melanjutkan perjalanan Gowes mendaki Gunung Sari di daerah Pusuk Pass.
Baru dimulai awal tanjakan, rombonganPak Gubernur melintas searah dgn kami.
Mereka pulang naik mobil dinas & mobil pribadi.
Sepeda mereka diangkut di atas mobil.
Di saat sedang mancal nanjak, tibalah dari belakang ada 2 orang pesepeda dari rombongan Pak TGB yang mereka berdua pulang masih nggenjot sepeda.
Mereka berdua adalah Mas Dede (atlet) dan Pak Gede (Assisten Gubernur).
Nuntun bukan e gak kuat
Ini cuma pengen narsis doank
Begitu tiba di Pusuk Pass (Perbatasan Lombok Barat - Lombok Utara) kami ber-empat istirahat sejenak di warung.
Minum Kopi ABC Moca hangat.
Dan Pak Gede pun menyuguhi Sampoerna Mild.


Sepeda Specialized, Time, & Pinarello Dogma F8 di Pusuk Pass



Foto bersama Mas Dede & Pak Gede
Foto bersama Mas Dede & Pak Gede



Suasana keramaian Jalur Pusuk Pass

Ngopi bareng







Pulang.
Mampir kantor nya Tri (operator seluler) untuk ganti SIM Card baru.

Kemudian, sampai di rumah langsung mandi, terus sholat jama' dzuhur & ashar.
Lalu makan sebanyak-banyaknya.
"Ngabisin jatah makan e tuan rumah" ... Hehehe  :-D
Cak Haris Mboro nek mangan nggragas. Sak bakul entek dewe
Taman Sangkareang, 3 Jan 2015 pagi

















Puncak Tanjakan Alas Gumitir
Puncak Tanjakan Alas Gumitir
Puncak Tanjakan Alas Gumitir

Share on Google Plus

About cakharis.blogspot.com

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Posting Komentar